27 Agustus 2012

Beberapa Doa Untuk Mendapatkan Keturunan Yang Sholeh Yang Terdapat Dalam Al-Qur'an

Semua orangtua yang berpikiran sehat tentu saja menginginkan anak/
keturunannya menjadi orang yang sholeh, dalam hal ini ada beberapa doa
yang terdapat dalam Al-Qur'an yang dapat digunakan kala memohon kepada
Allah, meski berdoa dengan menggunakan kata-kata sendiri pun boleh.
Di antaranya adalah: "Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa'," (QS al-Furqan: 74).
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah
engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang shalih yang engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri," (QS al- Ahqaf 15).

"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi engkau seorang anak yang baik.
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa," (QS Ali Imran: 38).

Tentu saja bukan hanya berdoa tetapi juga berusaha mendidik anak dan
keturunan itu sebaik-baiknya agar tujuan memperoleh keturunan yang
shalih lebih mudah terlaksana.

20 Agustus 2012

Tafsir Al-Qur'an Dalam Bahasa Sunda

Bagi masyarakat Sunda, tafsir al-qur'an dalam bahasa sunda tentu saja
sangat dibutuhkan, apalagi pada masa orla dan orba, banyak masyarakat
sunda yang bisa berbahasa Indonesia. Maka pada tahun 1937 terbitlah
Tafsir Al-Foerqan Basa Sunda karya A. Hassan yang diterbitkan oleh
Taman Poestaka Persatoean Islam sebanyak tiga jilid. Di susul kemudian
terbitnya Nurul Bajan sebuah tafsir Qur'an basa Sunda karya H Mhd
Romli dan HNS Midjaja, terbitan NV pada tahun 1960.
Di era kepemimpinan Gubernur Aang Kunaefi pada tahun 1978 Kantor
wilayah Departemen agama provinsi Jawa Barat menerbitkan terjemahan
dan tafsir Alqur'an dalam bahasa Sunda .

16 Agustus 2012

Bolehkah Wanita Berhias Dalam Islam?

WOKO: "KU, dalam ajaran Islam bolehkah wanita itu berhias?"

WUKU: "Boleh dong!, kalo ga berhias kumal dong"

WOKO: "Tapi dengar-dengar hal itu ga boleh!"

WUKU: "Yang ga boleh tuh TABARRUJ, yaitu berhiasnya wanita kepada pria
yang bukan mahramnya, seperti orang jahiliyah melakukannya.

WOKO: "Owh gitu"

15 Agustus 2012

IBADAH

Ibadah secara etimologi atau bahasa berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut syara' atau terminologi, ibadah adalah
sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
SWT, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang
bathin.

Manusia dan Jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah seperti yang
terdapat dalam Al-Qur'an surat Adz Dzaariyat ayat 56, Allah berfirman:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku."

Syarat diterimanya Ibadah:
1. Ikhlas, hanya karena Allah semata.
2. Ittiba', sesuai dengan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW.
Ittiba' adalah menempuh jalan orang yang wajib diikuti dan melakukan
apa yang dia lakukan, dan seorang muslim wajib ittiba kepada
Rasulullah SAW. Sementara itu ibadah yang tidak disyariatkan atau
dicontohkan oleh Rasulullah SAW tentu saja harus ditinggalkan karena
itu adalah bid'ah.

13 Agustus 2012

Sistem Ekonomi Islam Vs Sistem Ekonomi Kapitalis

Sistem ekonomi Islam tentu saja berbeda dengan sistem ekonomì
kapitalis, dalam sistem ekonomi Islam kesejahteraan itu bersifat
individual, karena setiap individu rakyat harus dijamin pemenuhan
kebutuhan primernya, disamping kebutuhan-kebutuhan sekunder menurut
kadar kemampuan secara individual. Sedangkan sistem ekonomi kapitalis
lebih cenderung mengukur kemakmuran atau kesejahteraan dengan standar
perkapita/pendapatan rata-rata penduduk yang cenderung semu dan
menipu. Islam memandang bahwa masalah ekonomi terletak pada masalah
distribusi atau pemerataan, bukan masalah produksi atau pertumbuhan
yang dianut oleh sistem kapitalìs. Oleh karena itu, sistem ekonomi
Islam lebih berfokus pada mekanisme distribusi kekayaan (pemerataan)
di tengah-tengah masyarakat. Sementara menyangkut produksi
(pertumbuhan ekonomi) Islam menyerahkan sepenuhnya pada aspek keilmuan
dan teknologi, dalam hal ini Islam membebaskan munculnya banyak
perusahaan yang memproduksi berbagai barang dan jasa apapun, asalkan
halal dan prosedurnya tidak menyimpang dari syariah.

Dalam sistem kapitalis seperti saat ini kesenjangan ekonomi dan sosial
antara si kaya dan si miskin sangatlah lebar, karena ekonomi kapitalìs
dari awal telah menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai fokus
pembangunan. Memang akhirnya banyak perusahaan tumbuh dan produksi pun
meningkat, tapi pertumbuhan itu hanya dimiliki oleh segelintir orang,
bahkan yang lebih parah, perusahaan-perusahaan besar itu malah
mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan alam milik rakyat untuk
kepentingan mereka sendiri. Maka tak heran jika yang kaya hanya
segelintir pengusaha dan penguasa yang berkongkalingkong, sementara
rakyat secara umum tetap hidup dalam kemiskinan.
Dalam Islam indikator kesejahteraan ekonomi dapat diamati dari
perbandingan antara mustahik zakat (yang berhak menerima zakat) dan
muzakki (yang wajib mengeluarkan zakat). Jika jumlah muzakki dalam
sebuah masyarakatnya banyak dan jumlah mustahiknya sedikit berarti
distribusi kemakmuran masyarakat tersebut sudah baik. Sejarah
kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz pernah menorehkan tinta emas dalam
mensejahterakan masyarakatnya, pada masa itu khalifah Umar sulit
sekali menemukan orang yang mau dan berhak menerima zakat.
Kesejahteraan tercapai dan terdistribusikan secara adil.


~Al- Islam~

07 Agustus 2012

Kriteria Orang Yang Paling Mulia

Sesungguhnya harta, status sosial dan berbagai macam kesenangan
duniawi lainnya bukanlah suatu ukuran bagi kemuliaan seseorang. Karena
Allah SWT memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan orang yang
tidak dicintaì-Nya. Akan tetapi Allah akan memberikan agama ini hanya
kepada orang yang dicintai-Nya. Sehingga ukuran akan kemuliaan
seseorang adalah derajat ketakwaanya. Semakin seseorang itu bertakwa,
maka dia semakin mulia di sisi Allah. Seperti yang tercantum dalam
Al-Qur'an surat Al-Hujuraat ayat 13, "Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang palìng mulia di antara
kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahuì lagi Maha Mengenal."

06 Agustus 2012

Tidak Perlu Mencela Makanan Yang Bukan Selera

Pada umumnya orang-orang jika memakan sesuatu dan makanan tersebut
bukan seleranya atau makanan yang dimakannya tidak enak mereka
mencelanya. Padahal hal itu adalah perbuatan yang tidak baik, karena
akan menyakiti orang yang mengolah makanan atau orang yang memberi
jika mendengarnya. Alangkah baiknya jika menemui makanan yang bukan
selera kita atau tidak enak rasanya di lidah kita tidak perlu
mencelanya, diam atau membiarkannya adalah hal yang bisa di pilih.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: "Nabì
saw sama sekalì tidak pernah mencela suatu makanan. Jika ia berselera,
beliau menyantapnya; dan jika tidak, beliau membiarkannya."

04 Agustus 2012

Aksi Genosida Pemerintah Myanmar Terhadap Muslim Rohingya

Pembantaian yang dilakukan oleh etnis Rakhine yang beragama Budha plus
dukungan pemerintah Myanmar terhadap kaum minoritas yang merupakan
etnis Rohingya beragama Islam adalah sebuah bentuk Genosida
(pemusnahan etnis). Pembantaian dan pembakaran ribuan rumah di Arakan
Myanmar itu telah menewaskan ribuan jiwa dan membuat puluhan ribu kaum
muslim Rohingya harus mengungsi. Komunitas Internasional, terutama
negara-negara barat tentu saja kurang bersuara jika terjadi ketidak
adìlan yang menimpa kaum muslim, ini tentu saja harus menjadi
perhatian negara-negara muslim untuk membantu saudaranya yang tengah
mengalami tragedi dan ketìdak adilan. Negara-negara yang mayoritas
muslim termasuk Indonesia harus segera mengambìl tindakan tegas
terhadap pemerìntah Myanmar agar pembantaian terhadap kaum muslim
Rohingya segera dihentikan.

02 Agustus 2012

Bacaan Dalam Ruku Dan Sujud

WAKA: "KO, bacaan ruku yang Subhaana Robbiyal a'dzim tu pake tambahan
wabihamdih apa ga ya? soalnya ada yang bilang ga perlu pake
wabihamdih, demikian juga doa sujud yang subhaana rabbiya a'laa."

WOKO: "Sebenarnya kedua bacaan doa tersebut ada dalilnya, Hanya saja
di kalangan para ulama terjadi perbedaan pandangan dalam menilai
derajat hadits-hadits tersebut. tapi kalo aku sih menggunakan bacaan
doa yang ngga pake wa bihamdih"

WAKA: "Alasannya?"

WOKO: "Karena dalil yang ga pake wabihamdih lebih kuat, mari kita
simak beberapa hadits berikut ini:

Dari Khuzaifah, ia berkata: " Aku pernah shalat bersama Rasulullah
saw, (maka) ketika beliau ruku membaca
"Subhaana
rabbiyal-'adzim" dan pada sujudnya beliau
(membaca)
"Subhaana
rabbiyal-a'laa"
(HR.Al-Khamsah) terdapat pada kitab Nailu al-Authar
3:273.


Nah hadits yang memakai
"wabihamdihi"
dari Uqbah bin Amir Riwayat Abi Dawud, namun Abi Dawud sendiri berkata:
"Aku khawatir
tambahan kalimat
(wabihamdihi)
kurang
terjaga" (Abi
Dawud 1 :201).

Sementara hadits dari Hudzaifah yang diriwayatkan Dharuqutni
"…Sesungguhnya
Nabi saw membaca
pada saat ruku
"Subhaana
rabbiyal-Adzim
wabihamdih" 3
kali, dan dalam
sujud (membaca)
"Subhaana
rabbiyal-a'laa wa
bihamdih" 3 kali dinilai dha'if oleh banyak Ulama, karena hadits
tersebut dalam
sanadnya ada rawi
yang bernama
Muhammad bin Abdi
Rahman bin Abi
Laily yang dianggap dha'if. begitu sobat "

WAKA: " Oke lah kalo begitu "