12 Juli 2014

Keberpihakan Media Televisi Dalam Pilpres

Semakin jelas sekarang jika media tak lagi independen dan netral dalam pemberitaanya, media sekarang berperan sebagai alat propaganda untuk kepentingan politik. Mencuci otak dan membentuk opini di masyarakat baik secara terang-terangan ataupun secara halus.

Kita ambil contoh saja media tv pada pilpres kemarin

Media TV pro capres jokowi:
Metro TV, SCTV, Indosiar, Trans TV, Trans7 dan kompas TV.

Media TV Pro capres Prabowo:
TV One, ANTV, RCTI, MNCTV dan Global TV.

Rakyat halus jeli dan pintar untuk mengolah dan mengkaji pemberitaan yang datang jangan langsung ditelan bulat-bulat.

10 Juli 2014

Jangan Langsung Percaya Lembaga Survei

Lembaga survei pada pilpres 2014 saat ini tak lagi objektif, mereka kebanyakan telah berafiliasi dengan Kedua kubu Capres, baik kubu jokowi-Jusuf Kalla atau pun kubu Prabowo Hatta. Semuanya telah terang benderang! Rakyat jangan mau dibodohi. Sekarang ini sulit mencari lembaga survei yang kredibel, mereka akan memihak salah satu Capres, baik atas dasar kesamaan ideologi ataupun uang. Kita ambil contoh dari kubu Jokowi-Jk ada LSI, SMRC, CSIS dan Indikator, sementara dari kubu Prabowo-Hatta ada LSN, JSI, Puskaptis dan IRC.
Akhirnya dengan tanpa malu, secara tidak etis kedua kubu saling mengklaim kemenangan dan seolah-olah telah resmi jadi presiden! Padahal hasil resmi nanti pada tanggal 22 Juli yang akan diumumkan oleh KPU setelah melalui penghitungan manual, sementara hasil quick count itu bersifat prediksi, apalagi margin angkanya pun tipis.
Rakyat yang mau berpikir logis dan tidak fanatik buta tentu akan lebih jernih menyikapi hal ini, tunggulah hasil resmi dari KPU dan jangan cari kambing hitam, kawal terus perjalanan kotak Suara untuk menjaga kecurangan dan terima hasil apapun yang telah ditetapkan oleh KPU, dan ciptakan keamanan dan kedamaian kalau memang mencintai negeri dan rakyatnya.

04 Juli 2014

Makin Mantap Untuk Pilih Capres Nomor Satu

Di kubu calon presiden Prabowo memang ada yang sekuler dan liberal, tapi di kubu capres Jokowi lebih banyak lagi. Ini alasan kenapa sebagai muslim aku lebih memilih pasangan Capres-cawapres no 1 atau Prabowo-Hatta.
Di kubu Jokowi terlalu banyak orang-orang yang cenderung benci sama Islam baik dari kalangan jendral Purnawirawan, aktivis, Ormas dan LSMnya. Secara ideologis aku berbeda dan ga suka sama Luhut Panjaitan, Hendropriyono, Musdah Mulia, Adian Napitupulu, Fazrul Rachman, Jalaludin Rachmat, Ade armando, Budiman Sujatmiko, Anis Baswedan, Zuhairi Misrawi, Rieke Diah Pitaloka, Dahlan Iskan, Wimar Witoelar, Butet dan orang2 liberal dan sekuler lainnya. Belum lagi medianya seperti Metro TV, Kompas, Tribun, Berita Satu, Tempo dll yang selalu nyinyir kepada Islam. Jadi kini sudah jelas mana yang hitam dan mana yang putih, jadi semakin mantap untuk pilih capres nomor satu! walau Prabowo bukan pilihan idealku tapi menurutku masih lebih baik dari kubu Jokowi jika melihat dukungan orang-orang di belakangnya.

13 Juni 2014

Kenapa Pilih Prabowo

Setiap orang tertentu punya pilihan, termasuk dalam memilih sosok pemimpin. Dalam pilpres tahun 2014 ini ada dua capres yaitu Prabowo dan Jokowi yang otomatis hanya ada dua pilihan, mereka berdua tentu punya keunggulan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan. Setelah melihat dan menimbang dinamika politik dari Mulai pileg sampai kampanye saat ini. akhirnya pilihanku jatuh pada sosok Prabowo. Alasannya, Prabowo lebih apa adanya, lebih jujur, bukan polesan, mandiri dan akhir-akhir ini ternyata lebih santun! Selain beliau tentunya memiliki karakter yang lebih tegas dari kompetitornya. Dan yang terpenting, para pendukung Prabowo didominasi kalangan umat Islam yang sesuai dengan agama yang aku anut. Mungkin ada yang berpendapat jangan bawa-bawa agama dalam politik, ya terserah itu pendapat mereka, karena bagi saya politik dan agama itu saling berkaitan.

Sementara jika lihat di kubu Jokowi hampir semua pendukungnya itu tidak sepaham dengan pemikiranku, dari partai sampai tokoh-tokohnya. Ada PDIP, partai yang kerapkali menjegal RUU dan Perda Syariat dan jika Jokowi menang bahkan akan menghapusnya, ada orang-orang liberal, ada orang-orang Syi'ah, ada jendral seperti Luhut Panjaitan dan AM Hendropriyono, caleg-caleg non muslim yang dominan, para aktivis yang nyinyir kayak Fajroel rachman dan adian napitupulu bahkan ada juga para pengusung LGBT (Lesbian, Gay, Bisexsual dan Transgender).
Aku tidak terpengaruh dengan kampanye hitam yang menyerang kubu Jokowi, karena pertimbanganku bukan dari kampanye hitam tapi hal-hal di atas tersebutlah yang menjadi jawaban mengapa kemungkinan besar nanti aku pilih Prabowo.

08 Juni 2014

Hindari Pemimpin Yang Munafik

Dalam dunia politik bohong menjadi hal yang biasa, dengan santai dan seolah-olah tak berdosa mereka ingkari janji yang telah diucapkan. Dalam Islam orang-orang yang ingkar janji adalah ciri orang munafik, seperti ditegaskan dalam Hadis riwayat Abdullah bin Amru ra., ia berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda : "Ada empat sifat yang bila dimiliki maka pemiliknya adalah munafik murni. Dan barang siapa yang memiliki salah satu di antara empat tersebut, itu berarti ia telah menyimpan satu tabiat munafik sampai ia tinggalkan. Apabila berbicara ia berbohong, apabila bersepakat ia berkhianat, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila bertikai ia berbuat curang. [HR Muslim]. Kemudian dalam Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَAda tiga tanda orang munafik; apabila berbicara ia berbohong, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila dipercaya ia berkhianat. (HR Muslim).

Masyarakat terutama umat muslim harus teliti dan waspada kala hendak memilih pemimpin, lihatlah! Apakah ia seorang yang amanah dan teguh memegang janjinya, jangan sampai kita dipimpin oleh orang yang munafik! Sulit memang di negeri ini ada politikus yang teguh dan amanah dalam memimpin rakyatnya, namun setidaknya kita dapat memilih yang madhorotnya lebih kecil. Selain kita melihat sosok pemimpin yang kita pilih, maka perlu juga melihat siapa saja pendukung di belakangnya, karena para pendukung calon pemimpin itu akan mempengaruhi kebijakan dan keputusan sang pemimpin kelak.

08 Mei 2014

Tentang Capres Jokowi

Hmm.., menurutku sih sosok calon presiden yang paling mengemuka akhir-akhir ini di berbagai media yakni Joko Widodo terlalu dibesar-besarkan, padahal sih biasa-biasa saja seperti elit politik lainnya. Disebut bersih belum tentu juga, hampir semua capres yang maju ada boroknya. Jokowi cuma kesayangan media nasional, citranya dipositifkan dan dibesar-besarkan, padahal mimpin Jakarta aja belum teruji, eh malah nekad ingkari janji untuk tidak nyapres, payahh !

Ga perlu ikut-ikutan menyudutkan Jokowi dengan isu-isu korupsinya saat menjabat walikota Solo, soalnya hal itu belum tentu benar dan juga belum tentu salah, itu mah urusan elit-elit dan para penegak hukum. Aku sih sederhana saja, Indonesia butuh pemimpin yang amanah, yang teguh akan janjinya, sayangnya Jokowi pun tak jauh berbeda dengan elit politik lainnya, mudah berjanji dan mudah mengingkari. Demi kekuasaan yang lebih tinggi ia ingkari janji memimpin Jakarta selama lima tahun. Janji itu tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada rakyat yang dipimpinnya, tapi juga pada Tuhan yang menciptakannya.

11 April 2014

Mencermati Ngawurnya Lembaga-Lembaga Survei

Setelah menyimak hasil quick count pemilihan umum legislatif 2014 ternyata hasil yang diperoleh sangat kontradiktif dengan apa yang dirilis atau diprediksi oleh lembaga-lembaga survei pada saat sebelum pemilu. Pertama, secara bombastis berbagai lembaga survei menyatakan PDIP akan menang dengan perolehan suara sekitar 35 Persen karena Jokowi efek setelah Joko widodo ditetapkan sebagai capres dari PDIP, tapi ternyata hasil yang didapat melalui quick count suara PDIP hanya mencapai 19 Persen lebih. Walau menang, tapi hasil ini sepertinya tidak terlalu menggembirakan bagi kader-kader PDIP karena tidak sesuai ekspektasi Jumlah suara 27 persen.

Kedua, beberapa lembaga survei menyatakan bahwa Jumlah suara partai-partai Islam tidak akan mencapai angka 3,5 persen atau tidak akan lolos Parliamentary Threshold sebagai tiket ke senayan. Hasil survei sebelum pemilu legislatif 9 April dari lembaga survey yang dinilai memiliki kredibilitas menempatkan partai partai Islam pada posisi buncit dengan perolehan suara PKB 3,7 %,
PPP 3,6%, PAN 3,3 %, PKS 2,2 %, PBB 0,7 % (Survey Lingkaran Survei Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error 2,9% yang dilakukan Januari 2014). Bahkan sejak Juli 2012 CSIS sudah merilis dengan
hasil sebagai berikut PPP 3,0 %, PKB 2,8 %, PKS 2,2 %, PAN 2,0%.( Survei Juli 2012 dengan confidence level 95% dan Margin of error 2.55%). Begitu juga yang dilakukan Saeful Mujani Research and Consulting
(SMRC) yang dirilis februari 2013 memprediksi PKS terjun bebas dengan perolehan suara 2,7
% (Survei yang dirilis Maret 2013 dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error 3%).
Tapi lagi-lagi hasil survei lembaga-lembaga tersebut ngawur! Partai-partai Islam kecuali mungkin PBB malah mendapat suara cukup bagus di atas 6 Persen.
Nah pertanyaannya ada apa dengan lembaga-lembaga survei tersebut? Apakah mereka salah dalam menerapkan metodelogi atau mereka dibayar untuk menyudutkan agar partai-partai Islam terdegradasi dari Senayan? Jika lembaga-lembaga survei tersebut adalah lembaga bayaran untuk menyudutkan, sungguh sangat terlalu! Mereka layak dipanggil dengan sebutan "pelacur intelektual" karena rela menggadaikan ilmu akademisinya demi kepentingan politik dan keuntungan finansial.

07 April 2014

Saat Wanita Dipercantik Oleh Setan

Di jaman liberal seperti sekarang ini, sudah lazim wanita sangat bebas berkeliaran keluar rumah bahkan di malam hari tanpa didampingi muhrimnya, baik yang masih perawan atau juga yang telah menikah. Efeknya berbagai peristiwa pemerkosaan, seks bebas dan perselingkuhan banyak terjadi dan itu seringkali kita dengar diberbagai macam pemberitaan di negeri ini. Setan memang senang jika ada wanita yang keluar dari rumah, ia akan membuat wanita tersebut menjadi lebih cantik di pandangan laki-laki yang bukan muhrimnya, Rasulullah pernah bersabda dalam hal ini : "Wanita adalah aurat, bila ia keluar rumah maka setan akan mengesankannya amat cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya)." (HR At Tirmizy).

Islam adalah agama yang preventif , agama yang benar-benar melindungi kaum wanita dari hal-hal yang bisa merugikanya, tidak seperti tuduhan kalangan orang-orang liberal dan kaum feminisme yang menyatakan Islam mengekang kebebasan kaum wanita, sungguh tuduhan yang keji dan hanya menampakkan diri sebagai orang yang tidak mau berpikir.

Fenomena Politik Pencitraan Oleh Media

Di era teknologi informasi sekarang ini ada sebuah fenomena dalam dunia politik, yaitu politik pencitraan, mass media adalah sarana yang paling ampuh dalam menciptakan sebuah pencitraan.
Cara- cara yang dilakukanpun kadang terlihat konyol, contohnya, hampir setiap langkah dan tindakan tokoh yang dicitrakan akan selalu diberitakan dari makan sampai menalikan sepatunya, wah bisa-bisa tokoh yang dicitrakan itu masuk toilet untuk buang air pun dijadikan berita hehehe..
tapi bisa jadi pemberitaan konyol seperti itu cukup berpengaruh, maklum sebagian besar masyarakat Indonesia itu kan mudah terpesona dan ujung-ujungnya mudah kecewa juga hehe..

Pemberitaan seperti itu tentu tidak edukatif, karena seharusnya masyarakat yang akan memilih tokoh politik untuk dijadikan pemimpin tersebut diberi pemberitaan tentang visi dan misi tokoh politik tersebut. Nah bila pemberitaan yang sifatnya konyol dan tak banyak artinya itu kerap dilakukan, tentu menjadi tanda tanya, ada apa dengan media? Adakah sebuah rekayasa untuk menggiring opini publik pada calon tertentu? Hal itu mungkin saja terjadi.

19 Maret 2014

Jangan Mudah Digiring Oleh Opini Media Mainstream

Peran media baik cetak, elektronik maupun online sangatlah besar pengaruhnya dalam membentuk opini publik, namun media-media tersebut tidaklah obyektif dalam menyampaikan berita, karena mereka tidak hanya mencari keuntungan tapi juga punya misi. Baik misi politik atau misi ideologi. Inilah yang harus diwaspadai! Konten berita atau opini mereka akan menyudutkankan lawan politik atau lawan ideologinya. Sementara untuk memuluskan misinya. Mereka akan membuat pencitraan dengan berita yang masif, intensif dan sistematis melalui sosok-sosok pilihan atau peristiwa-peristiwa fenomenal. Sosok-sosok pilihan tentu saja orang yang ideologinya sama atau jika tidak sama ya minimal orang yang sangat toleran. yang mudah diberi imbalan berupa uang, popularitas dan kekuasaan. Mengenai peristiwa-peristiwapun sama, jika hal negatif menimpa lawan politik dan ideologinya maka berita keburukan itu akan diberitakan selebar-lebarnya bahkan diperluas sampai keluar substansinya, namun jika hal negatif itu menimpa orang seideologi atau sepaham dalam politik maka akan diberitakan sesedikit mungkin atau kalo bisa malah ditutupin. Sebaliknya jika hal positif dilakukan oleh lawan politik dan ideologinya, maka akan diberitakan secara singkat dan alakadarnya bahkan tak jarang dilewat saja tidak diberitakan, sementara jika hal positif dilakukan oleh orang yang seideologi maka akan diberitakan sebesar-besarnya dan dikupas habis bahkan disanjung-sanjung setinggi langit. Mending kalau hal positif itu benar. Gimana coba kalo rekayasa??
Selain konten berita yang harus sejalan dengan kehendak sang pemilik media, bisa saja konten berita atau opini itu adalah pesanan dari orang atau sekelompok orang yang mempunyai finansial yang kuat untuk memuluskan misi politik dan ideologinya.
Jadi kesimpulannya janganlah mudah terprovokasi oleh media, jangan langsung percaya saat menerima berita, carilah berita dari sumber yang berbeda lalu dikomparasi dan dikaji dengan matang. Dan yang paling penting kita harus tahu siapa pemilik medianya, apa ideologinya agar kita bisa lebih waspada dan teliti saat menerima berita yang datang.

03 Maret 2014

Tempo, Media Liberal Yang Patut Diwaspadai

Media yang bersifat liberal di Indonesia seringkali menyudutkan Islam dalam pemberitaanya, salah satu yang menonjol di antaranya adalah Tempo. Dari dulu media ini sangat hoby dan antusias kala memberitakan isu-isu yang terkait dengan Islam, lalu menyudutkannya dengan pandangan yang negatif. Yang terbaru adalah pemberitaan mengenai sertifikat halal dan tuduhan terhadap Ketua MUI Amidhan yang diberitakan dapat bayaran dari Halal Food Council of Europe (HFCE) , namun semua itu terbantahkan, dalam surat
resminya pada tanggal 24-2-2014 lalu, HFCE menyatakan laporan Majalah Tempo itu tidak benar! Amidhan dengan sukarela memberi masukan soal sertifikasi halal.

Maka dari itu kaum muslim harus waspada terhadap pemberitaan media liberal seperti majalah tempo ini, jangan mudah percaya sebelum terbukti kebenaranya, karena pemberitaannya lebih cenderung subyektif dan menyudutkan Islam.

20 Februari 2014

Pembatalan Polwan Berjilbab

Jelas pembatalan rencana.penggunaan jilbab polwan oleh Kapolri adalah sesuatu yang aneh dan dzolim, meskipun Indonesia bukan Negara Islam namun faktanya muslim di Indonesia adalah mayoritas, jadi sungguh terlalu jika ada polwan yang ingin menggunakan jilbab tapi dilarang, padahal mereka juga ingin menjalankan syariat Islam agama yang dipeluknya selain mengabdi juga pada negara.

Jangankan dari sudut pandang Islam yang jelas-jelas mewajibkan wanita untuk berjilbab, dari sudut pandang demokrasi yang dianut negeri ini saja sudah terasa janggal. Karena hak seseorang untuk menjalankan agamanya telah dipasung oleh peraturan instansi kepolisian.